Keberadaan Kabupaten Pekalongan secara administratif sudah berdiri
cukup lama yaitu 3.813 tahun yang lalu. Berdasarkan kajian ilmiah oleh
Team Peneliti Sejarah Kabupaten Pekalongan yang terdiri dari jajaran
eksekutif, tokoh masyarakat dan dari kalangan akademisi serta dengan
adanya barang - barang bukti peninggalan sejarah muncul lima prakiraan
tentang kapan Kabupaten Pekalongan itu lahir, lima prakiraan yang
menjadi kajian adalah masa Prasejarah, masa Kerajaan Demak, masa
Kerajaan Islam Mataram, masa Penjajahan Hindia Belanda dan masa
Pemerintahan Republik Indonesia.
Hari Jadi Kabupaten Pekalongan telah ditetapkan pada Hari Kamis Legi
Tanggal 25 Agustus 1622 atau pada 12 Robiu’l Awal 1042 H pada masa
pemerintahan Pangeran Manduroredjo, beliau merupakan Bupati / Adipati
yang ditunjuk dan diangkat oleh Sultan Agung / Raja Mataram Islam dan
sekaligus sebagai Bupati Pekalongan I, sedangkan penentuan hari dan
tanggalnya diambil dari sebagaimana biasa tradisi pengangkatan Bupati
dan para pejabat baru dilingkungan Kerajaan Mataram.
Pembangunan Kabupaten Pekalongan sudah dilakukan sejak zaman
Pemerintahan Adipati Notodirdjo ( 1879 -1920 M ) di komplek Jl.
Nusantara Alun - alun Kota Pekalongan, bangunan tersebut merupakan
pendopo dan rumah bagi para Bupati Pekalongan sekaligus sebagai tempat
“Paseban” dan aktivitas perangkat pemerintahan kabupaten dengan berbagai
elemen masyarakat untuk bersilaturakhmi, bermusyawarah dan mencurahkan
pemikiran, saran atau unek - unek berbagai kehendak punggawa
pemerintahan dan rakyat dihadapan bupati.
Sejarah berdirinya Kabupaten PekalonganBerdasarkan
dari hasil penelusuran dan pengidentifikasian data - data historis /
sejarah Kabupaten Pekalongan yang dilakukan melalui kajian ilmiah oleh
Tim Peneliti Sejarah Kabupaten Pekalongan yang terdiri dari jajaran
eksekutif, tokoh mayarakat, dan kalangan akademisi terhadap bukti -
bukti peninggalan sejarah yang diketemukan di berbagai wilayah Kabupaten
Pekalongan, muncul lima prakiraan tentang kapan Kabupaten Pekalongan
itu lahir, lima prakiraan tersebut adalah masa Prasejarah, masa Kerajaan
Demak, masa Kerajaan Mataram Islam, masa Penjajahan Belanda dan masa
Pemerintahan Republik sebagaimana tertuang dalam Buku Hari Jadi
Kabupaten Pekalongan, sejarah berdirinya Kabupaten Pekalongan dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Masa Prasejarah Data permukiman awal dari
masa prasejarah dan awal masa sejarah kuno sebagaimana ditunjukkan oleh
adanya peninggalan megalitik dan Lingga Yoni yang berada pada beberapa
tempat di daerah Kabupaten Pekalongan bagian selatan menunjukan bahwa
ternyata pemukiman penduduk telah berlangsung lama dan telah mengenal
sistem kemasyarakatan dan keagamaan. Sistem kemasyarakatan yang
bagaimana tidak dapat diketahui pasti karena terbatasnya sumber
informasi.
Beberapa benda peninggalan sejarah yang berada di daerah Kabupaten
Pekalongan diantanya berupa Yoni dan Lingga serta dengan adanya bukti -
bukti peninggalan yang lain seperti:
1. Lingga / Yoni yang berada di Desa Telagapakis Kecamatan Petungkriyono.
2. Yoni yang berada di Dukuh Gondang Desa Tlogohendro wilayah Kecamatan Petungkriyono.
3. Lingga yang berada di Dukuh Mudal Desa Yosorejo Kecamatan Petungkriyono
4. Lingga / Yoni yang berada di Dukuh Parakandawa Desa Sidomulyo Kecamatan Lebakbarang.
5. Yoni yang berada di Dukuh Pajomblangan Kecamatan Kedungwuni
6. Yoni yang berada di Dukuh Kaum Desa Rogoselo Kecamatan Doro.
7. Yoni yang berada di Desa Batursari Kecamatan Talun.
8. Archa Ghanesha yang berada di Desa Kepatihan Kecamatan Wiradesa.
9. Archa Ganesha yang berada di Desa Telogopakis Kecamatan Petungkriyono
10. Batu lumpang yang berada di Desa Depok Kecamatan Lebakbarang.
11. Batu Lumpang yang berada di Dukuh Kambangan di Desa Telogopakis Kecamatan Petungkriyono dan sebagainya
Data pemukiman pada periode awal Abad Masehi sampai Abad XIV dan XV
sangat langka dan terbatas, sehingga sulit dipastikan pertumbuhan dan
perkembangan komunitas di wilayah Pekalongan pada masa pengaruh
kebudayaan Jawa Hindu berkembang di Pulau Jawa. Hal ini terjadi karena
sampai masa kini belum ditemukan prasasti peninggalan tertulis yang
mampu mengungkapkan kehidupan pada masa itu. Banyak ditemukan
toponim, beserta tradisi lisan, berupa legenda mitos, atau cerita
rakyat yang berkaitan dengan toponim, akan tetapi sulit untuk memastikan
kebenaran data legenda atau cerita rakyat tersebut. Seperti yang
dikemukakan oleh SCHRIEKE, Negara Kertagama, karya tulis penting pada
masa Majapahit, sama sekali tidak menyebut nama - nama daerah di Pantai
Utara Jawa sebelah barat Lasem yang mencakup daerah Tegal, Pekalongan
dan Semarang, yang pada masa itu diduga masih jarang dihuni penduduk.
Sementara daerah lain seperti Demak, Jepara , Kudus dan Pati telah
berkembang menjadi daerah penting.
b. Masa Kerajaan DemakData sejarah pada periode
abad ke 15 dan abad ke 16, diperoleh melalui sumber-sumber tertulis
disamping sumber-sumber peninggalan bangunan makam kuno, kuburan dan
bangunan lain dari masa perkembangan Islam di Jawa. Pada masa abad ke 16
diduga wilayah Pekalongan telah menjadi daerah yang dilewati oleh
hubungan komunikasi dari dua kerajaan Islam Demak dan Cirebon, dan
pada masa kemudian menjadi wilayah pengaruh kerajaan Mataram Islam pada
abad ke 17. Selanjutnya pada abad ke 18 wilayah Pekalongan menjadi
pengaruh VOC ( Verenigde Oost Indische Compagnie ), Persekutuan dagang
di India Timur – Belanda, terutama sejak tahun 1743, yaitu setelah VOC
menerima imbalan jasa bantuan yang diberikan VOC kepada Mataram. Sejak
1800 - an sampai 1942 Wilayah Pekalongan secara langsung menjadi wilayah
administratif wilayah Pemerintahan Hindia Belanda, atau disebut wilayah
Gubernemen. Sementara itu setelah lahirnya wilayah Republik Indonesia
pada 1945 Wilayah Pekalongan tidak beda dengan wilayah lainnya menjadi
Wilayah Administrasi Pemerintahan Republik Indonesia.
c. Masa Kerajaan Mataram IslamPada masa
Pemerintahan Mataram Islam dibawah kekuasaan Sultan Agung abad ke -
17, keberadaan Kabupaten Pekalongan secara administratif merupakan
Bagian dari wilayah kesatuan kerajaan Mataram Islam. Kerajaan Mataram
dibawah tampuk pemerintahan Sultan Agung mencapai kejayaannya. Wilayah
kekuasaannya meliputi wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Adapun Jakarta belum berhasil ditaklukkan karena dikuasai oleh Belanda
dibawah Gubernur Jenderal Jan Pieter Zoon Coen mulai tahun 1619.
Keberhasilan tersebut ditunjang Doktrin Keagung binataraan, yaitu
kekuasaan Raja Mataram harus merupakan ketunggalan, utuh dan bulat.
Artinya kekuasaan tersebut tidak tersaingi, tidak terkotak - kotak atau
terbagi bagi dan merupakan keseluruhan ( tidak hanya bidang - bidang
tertentu ). Pada bulan Maulud selalu diadakan Gerebeg Maulud, yaitu
peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw. yang biasa jatuh pada tanggal 12
Rabiul Awal, sekaligus diadakan acara " Paseban " ( berkumpulnya para
Bupati dan Tumenggung serta para pejabat lainnya untuk melaporkan
situasi / keadaan di daerah masing - masing dan penyerahan upeti ).
Acara
tersebut juga dimanfaatkan oleh Sultan Agung untuk pengangkatan
bupati-bupati baru dan pejabat baru lainnya. Menurut pandangan tim,
keberadaan Sultan Agung dalam memimpin kerajaan Mataram terlebih pada
saat perlawanan terhadap penjajah Belanda sudah tidak diragukan lagi
keberadaannya sebagai Raja yang Gung - Binatoro. Perlawanan Mataram
terhadap penjajahan Belanda mencapai puncaknya disaat penyerangan ke
Batavia pada tahun 1628, dimana Pangeran Manduroredjo dan Bahureksa
ditunjuk sebagai Panglima perangnya.
Secara geografis Kabupaten
Pekalongan terletak pada jalur Pantura bagian barat sepanjang pantai
utara Laut Jawa memanjang ke selatan dengan kota Kajen sebagai Ibu kota
pusat pemerintahan dan perdagangan laut yang cukup strategis, sehingga
pada saat penyerangan ke Batavia Kabupaten Pekalongan sebagai kantong /
lumbung perbekalan. Strategi ini juga digunakan oleh Sultan Agung untuk
mengumpulkan kekuatan - kekuatan dan strategi yang diperlukan di
daerah.
Dari bukti - bukti inilah menunjukan bahwa Kabupaten
Pekalongan termasuk daerah yang dipersiapkan dalam rangka penyerangan ke
Batavia. Sehingga menurut pandangan tim, dijadikan alternatif dan
bukti bahwa secara administratif Kabupaten Pekalongan merupakan bagian
dari kesatuan Kerajaan Mataram.
Terlebih lagi dengan diangkatnya Pangeran Manduroredjo sebagai Bupati
Pekalongan pertama yang mempunyai kekuasaan tertinggi di Kabupaten
Pekalongan dan bertanggung jawab sebagai penyelenggara pemerintahan,
serta secara hirarki wajib melaporkan segala sesuatunya kepada raja
termasuk penyerahan upetinya.
Pekalongan Mulai DikenalBanyak
sumber mengatakan bahwa Pekalongan mulai dikenal setelah Bahurekso
bersama anak buahnya berhasil membuka Hutan Gambiran / Gambaran, atau
dikenal pula Muara Gambaran.
Hal ini terjadi setelah Bahurekso gagal
dalam penyerangan ke Batavia, bersama anak buahnya kembali ke Pantai
Utara Jawa Tengah, namun secara sembunyi - sembunyi, sebab kalau
diketahui oleh Pemerintah Sultan Agung pasti ditangkap dan dihukum mati.
Sehingga terus melakukan siasat yang disebut TAPA-NGALONG. Dari sinilah
muncul prediksi-prediksi berkaitan dengan istilah PEKALONGAN.
Menurut
penuturan R. Basuki (Putra Almarhum R. Soenarjo keturunan Bupati
Pangeran Manduroredjo): nama Pekalongan berasal dari istilah setempat
HALONG - ALONG yang artinya hasil. Jadi Pekalongan disebut juga dengan
nama PENGANGSALAN yang artinya pembawa keberuntungan.
Sehingga prediksi Topo Ngalong itu hanya gambaran/ sanepo yang
mempunyai maksud siang hari sembunyi, malam hari keluar untuk mencari
nafkah.
Didalam babad Sultan Agung yang merupakan sumber yang dapat
dipercaya istilah pengangsalan nampaknya juga muncul : ”Gegaman wus
kumpul dadi siji, samya dandan samya numpak palwa, gya ancal mring
samudrane ; lampahe lumintu, ing Tirboyo lawan semawis ; ing Lepentangi,
Kendal, Batang, Tegal, Sampun, Barebes lan Pengangsalan. Wong pesisir
sadoyo tan ono kari, ing Carbon nggertata” ( senjata - senjata telah
berkumpul jadi satu ). Setelah semuanya siap, para prajurit
diberangkatkan berlayar. Pelayarannya tiada henti -hentinya melewati
Tirbaya, Semarang, Kaliwungu, Kendal, Batang, Tegal, Brebes dan
Pengangsalan. Semua orang pesisir tidak ada yang ketinggalan ( mereka
berangkat menyiapkan diri di Cirebon ). Sehingga dari beberapa uraian
tersebut, prediksi Topo Ngalong hanya gambaran atau sanepo yang
mempunyai maksud, pada siang hari sembunyi, dan hanya keluar pada malam
hari untuk mencari makan / nafkah.
d. Masa Penjajahan BelandaMasa-masa awal
perkembangan Pekalongan tidak banyak disebut dan sumber - sumber asing
baik Portugis maupun Belanda , seperti dalam Reis Journalen, Suma
Oriental (Tome Pires, 1994), Scheep togt van Tristanto d'acunha ( Pieter
Van Der Aa, 1706 ) The Voyager of Jonh Huygen van Linschouten to the
east Indies ( A.C Burnell dan P.A Tiele, 1884 ), dan catatan perjalanan
lainnya.
Sumber - sumber tersebut menyebutkan nama kota - kota
di pantai Utara Jawa pada Abad XVI seperti Cirebon, Tegal, Kendal,
Demak, Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik dan Surabaya, akan tetapi tidak
menyebutkan Pekalongan. Sementara itu nama Pekalongan dan data
historisnya dapat ditelusuri dalam Babad Tanah Jawa, Babad Mataram,
Serat Khandaning Ringgit Purwo, Serat Pustaka Raja Purwo, Babad Sultan
Agung , Dagh Register (1623 – 1799) , Opkomst Van Het Nederlandsch gezag
in Oost Indie ( J.K.J de Jonge & M.L Van Deventer , eds; 1862 –
1909, 13 jilid ), laporan VOC lainnya, laporan Pemerintah Hindia
Belanda, Buku - buku dan Publikasi lainnya seperti regering Almanak van
Nederlandsch Indie ( 1820 -1850 ) dan Oud end Nieuw Oost Indie ( F.
Valentijn ) dan Sumber lainnya. Pada masa - masa itu administrasi
pemerintahan secara keseluruhan berdasarkan keputusan dari pemerintah
Hindia Belanda, misalnya bentuk pemerintahan Kabupaten yang disebut
Regent, adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Bupati.
Tersebut nama - nama Regent / Bupati Hindia Belanda yang pernah memimpin Kabupaten Pekalongan sbb:
- - Tan Kwee Djan ( Th 1741 )
- Raden Toemenggoeng Wirio Adi Negoro Th. ( 1823 )
- Raden Adipati Wirijo Adi Negoro Th. ( 1825 ) Membangun Masjid Jami’
( besar ) Pekalongan yang dimulai pada Hari Selasa Kliwon tanggal 20
Desember 1825. Pada tahun 1933 dilakukan pemugaran dengan mendirikan
menara.
- Raden Toemenggoeng Arjo Wirjo Di Negoro (16 Oktober 1848)
- Raden Toemenggoeng Ario Werio Dhi Di Negoro (Th 1856)
- Raden Toemenggoeng Ario Atmodjo Negoro (20 Januari 1872)
- Raden Toemenggoeng Ario Koesoemo Di Negoro (25 Juni 1878)
- Raden Adipati Noto Dirdjo ( 1879 – 1920 ). Pada tanggal 31 Maret
1879 sampai 1 Maret 1880 membangun Gedung Kabupaten Pekalongan, yang
ditandai pada lempengan batu marmer putih yang dipasang di tembok
gedung. Menurut sumber lisan juga disebutkan bahwa pohon - pohon
beringin di Alun-alun Pekalongan tiap - tiap pohonnya diberi nama masing
– masing Kawedanan yang mengirim bibitnya.
- Raden Toemenggoeng Ario Soerjo ( 10 Maret 1924 ) Adapun wilayahnya
disebut Regentschap, sedangkan untuk wilayah Kawedanan disebut Gewest.
Gewest di Jawa Tengah waktu itu meliputi :
1) Semarang Gewest, yang meliputi Regentschap (Kabupaten) Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Djepara dan Grobogan.
2) Rembang Gewest, yang meliputi Regentschap Rembang, Blora, Tuban dan Bodjonegoro.
3) Banyumas Gewest, yang meliputi Regentschap Banyumas, Purwokerto, Cilacap, Bandjarnegara dan Purbolinggo.
4) Kedu Gewest, yang meliputi Regentschap Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworedjo, Kutoardjo, Kebumen dan Karanganjar.
5) Pekalongan Gewest, yang meliputi Regentschap Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan dan Batang.
Pada tahun 1934 di Jawa Tengah diadakan penggabungan beberapa
Kabupaten, diantanya yaitu : Kabupaten Batang digabungkan dengan
Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Banyumas digabungkan dengan Kabupaten
Purwokerto, Kabupaten Kutoardjo digabungkan dengan Kabupaten Purworedjo
dan Kabupaten Karanganyar digabungkan dengan Kabupaten Kebumen.
e. Masa Pemerintahan Republik.Sebagai
alternatif lain Hari jadi Kabupaten Pekalongan ialah pada masa Republik
Indonesia / kemerdekaan berdasarkan Undang - undang Nomor 22 Tahun 1948.
Kabupaten Pekalongan adalah merupakan Daerah Otonom atau dengan istilah
Swatantra. Hal ini ditandai pula dengan diundangkannya Undang Undang
Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah pada : Hari Selasa Pon tanggal : 8
Agustus 1950 yang ditetapkan di Yogyakarta, oleh Pemangku Jabatan
Sementara Presiden Republik Indonesia yaitu Menteri Dalam Negeri
SoesantoTirtoprodjo dan Menteri Kehakiman A.G. Pringgodigdo.
Berdasarkan Undang - Undang tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten
Pekalongan dibentuk bersama 28 daerah lain antara lain : Semarang,
Kendal, Demak, Grobogan, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Pati,
Kudus, Djepara, Rembang, Blora, Banjumas, Cilacap, Purbalingga,
Banjarnegara, Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo, Kebumen,
Boyolali, Sragen, Sukoharjo, Karanganyar dan Wonogiri.
Nama - Nama Bupati Pekalongan Sejak Jaman Hindia Belanda Sampai Dengan Sekarang :
- R. Ario Notodirjo (1879 – 1920) Jaman Hindia Belanda
- S o e m a d i (1920 – 1925) Pejabat Regent ( Bupati )
- R. Ario Soerjo (1925 – 1944) Regent s/d Penjajahan Jepang.
- M. Rawoeh (1944 – 1946) Pekalongan Ken – Co ( Bupati )
- M. Soerodjo ( 1946 – 1957) Bupati Recomba ( Rica )
- M. Kisworo (1958 – 1962) Bupati Kepala Daerah
- R. Moch. Oesman (1962 – 1967) Bupati Kepala Daerah
- R. Soetedjo Mangoenhardjo (1967 – 1972) Bupati Kepala Daerah
- R.M. Harjono Probo Dirdjo (1972 – 1975) Bupati Kepala Daerah (meninggal)
- K a r s o n o (1975 – 1981) Bupati Kepala Daerah
- Letkol. Soepardi (1981 – 1986) Bupati Kepala Daerah
- Kol. Soepardi (1986 – 1991) Bupati Kepala Daerah
- Kol. H. Kairul Aini. HS (1991 – 1996) Bupati Kepala Daerah
- Kol. Harsono (1996 – 2001) Bupati Pekalongan
- Drs. H. Amat Antono (2001 – 2006) Bupati Pekalongan
- Dra. Hj. Siti Qomariyah, MA (2006 – 2011) Bupati Pekalongan
- Drs. H. Amat Antono, M.Si (2011-2016) Bupati Pekalongan
Kepindahan Ibukota Kabupaten Pekalongan ke KajenKepindahan
Ibukota Kabupaten Pekalongan dilaksanakan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 48 tahun 1986 tentang Pemindahan Ibu
Kota Kabupaten Pekalongan Daerah Tingkat II Pekalongan dari wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan ke Kota Kajen di wilayah
Kabupaten Pekalongan.
Berbagai persiapan untuk menindak lanjuti terbitnya Peraturan
Pemerintah tersebut, dilakukan penataan, pembenahan dan proses
pembangunan sarana dan prasarana gedung - gedung perkantoran di Kota
Kajen yang selanjutnya diawali dengan peresmian sekaligus penggunaan
Gedung Sekretariat Daerah Kabupaten Pekalongan di Kajen oleh Wagub I
Bidang Pemerintahan Bapak Drs. H. Ahmad atas nama Gubernur Jawa Tengah
pada tanggal 25 Agustus 2001, kepindahan itu merupakan salah satu
tonggak sejarah sebagai momen diawalinya Kota Kajen sebagai Ibukota
Kabupaten Pekalongan. Proses kepindahan ini terjadi di awal jabatan Drs.
H.Amat Antono sebagai Bupati Pekalongan.
Secara bertahap pembangunan untuk melengkapi prasarana menjadi simpul
- simpul penggerakan dan pengembangan sebagai sebuah Ibukota Kabupaten
juga telah dibangun rumah dinas Bupati dan Pendopo yang selesai
bertepatan dengan hari Jum’at Pon tanggal 19 Dzulhijjah 1423 H atau
tanggal 21 Pebruari 2003 dan diresmikan secara langsung oleh Menteri
Dalam Negeri Bapak Hari Sabarno atas nama Presiden Republik Indonesia
Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri pada tanggal 5 April 2003 yang pada saat
tersebut beliau berhalangan hadlir.
Demikian sekilas sejarah hari jadi Kabupaten Pekalongan yang pada
tahun ini merayakan ulang tahunnya ke 389. Untuk menambah pengetahuan
tentang serba-serbi kepindahan Ibukota Kabupaten Pekalongan ke Kajen,
dapat dibaca dengan mengunduh file refleksi pengembangan kota kajen
(download file) di website